MEMBEDAH BIBIT SUKSES KEBANGKITAN DIRI
BELAJAR, BERMITRA, BERNILAI TAMBAH

Kegagalan hidup kebanyakan dialami oleh orang-orang yang tidak menyadari betapa dekatnya mereka pada kesuksesan ketika mereka menyerah.

Thomas A. Edison (1847 - 1931)

=== WISDOM ===

Individu yang sukses akan berdampak positif pada masyarakatsekitarnya. Masyarakat yang sukses akan menularkan dampak positif pada kelompok-kelompok masyarakat lain disekitar mereka. Selanjutnya, kelompok-kelompok yang sukses ini akan membantuk bangsa yang sukses.
Jadi, `kebangkitan' satu orang yang bertekad untuk menggulirkan kesuksesan akhirnya akan memiliki dampak spiral yang meluas sampai akhirnya merambah ke tingkat nasional. Mungkin ini pulalah yang disadari oleh para pendiri bangsa kita 100 tahun yang lalu ketika mereka mencetuskan semangat `Kebangkitan Nasional'. Namun, untuk membuat hari bersejerah ini lebih bermakna dan berdampak positif, kita juga harus memiliki tekad yang sama: membuat bangsa Indonesia, secara individupun juga mengalami "kebangkitan diri'. Jika hal ini tidak terjadi, maka kita tidak akan mampu mengulang lagi momen bersejarah tersebut. Lalu, apa rahasia para pejuang kita ketika mereka mencetuskan ikrar bahwa bangsa kita ini perlu mengalami kebangkitan? Simak yang berikut.



RIGHT NOW, RIGHT HERE, RIGHT PERSON

Kapan sih waktu yang tepat untuk menggulirkan kebangkitan diri dari keterpurukan atau kondisi yang tidak menyenangkan saat ini? Dimana kita harus memulai langkah awal kebangkitan diri? Siapa orang yang tepat yang membantu kita untuk memulai kebangkitan diri?

Right Now. Dodi adalah pekerja keras. Tiap hari berangkat jam 5.30 dari rumahnya di Bekasi menuju tempat kerjanya di Kungingan, di pusat Jakarta. Hampir setiap hari ia pulang lewat dari jam 7 malam karena harus menyelesaikan banyak pekerjaan. Tiba di rumah sudah sekitar menjelang jam 9 malam. Kadang-kadang akhir pekan juga tersita untuk pekerjaan. Namun, Dodi tetap merasa bahwa gaji yang dibawa pulang belum mencukupi atau belum memberikan kelonggaran yang dapat digunakan untuk membeli barang-barang yang selalu diinginkannya. Ia
sepertinya harus hidup dari `gaji' ke `gaji' dan dari `hutang' ke `hutang'. Uangnya di bankpun tidak bisa menginap terlalu lama—begitu uang masuk, uang tersebut harus keluar lagi untuk membayar cicilan rumah, cicilan mobil, uang sekolah anak, uang belanja, bayar listrik, telepon dan berbagai kebutuhan pokok lainnya. Seringkali pula ia harus meminjam atau membeli dengan kartu kredit yang harus dicicilnya, dan menambah jumlah pinjaman yang harus dicicil. Dodi sebenarnya sudah bosan hidup seperti ini. Namun ia tidak berani meninggalkan pekerjaannya yang memberikan jaminan gaji bulanan dan tunjangan kesehatan serta berbagai tunjangan yang `lumayan'. Jadi, Dodi tetap sabar menunggu "waktu yang tepat" untuk melakukan perubahan. Dia menunggu `rejeki nomplok'. Siapa tahu dia menang undian, mendapat harta warisan, atau bonus besar dari kantor tempatnya bekerja, sehingga ia bisa menggunakan uang tersebut untuk
membuat perubahan dalam hidup. Tahun demi tahun berlalu, rejeki nomplok yang diharapkan Dodi tak kunjung tiba. Iapun masih harus berangkat pagi dan pulang malam kelelahan, serta hidup `pas-pasan' bahkan seringkali juga merasa sesak `tercekik' cicilan.

Apakah Anda melihat kemiripan hidup Anda dengan yang dialami Dodi?
Jika demikian Anda perlu melakukan perubahan. Anda tidak perlu menunggu `waktu yang tepat'. Kita tidak punya kuasa untuk kembali ke masa lalu. Kita juga tidak punya kuasa untuk melompat ke masa depan. Tetapi, kita punya kemampuan untuk melakukan sesuatu di masa ini
(right now). Jadi, jika Anda ingin `bangkit' dari lingkaran keterpurukan, kebosanan, jangan tunggu sampai `waktu yang tepat'. Waktu yang tepat untuk bangkit adalah sekarang. Anda tidak akan pernah menemukan waktu yang sempurna, karena tidak akan pernah ada waktu yang sesempurna saat ini. Paling tidak Anda bisa mulai menyusun strategi sekarang dan tetapkan langkah untuk melaju menggulirkan perubahan tersebut seperti yang telah diteladani oleh para pendiri bangsa 100 tahun yang lalu.

Right Here. Budi adalah pria muda yang menginginkan perubahan dalam dirinya. Sebagai lulusan SMA di sebuah kota kecil. Setelah lulus, ia masih menganggur sambil menunggu jawaban dari lamaran kerja yang telah dikirimkannya kemana-mana. "Ah, seandainya saya dapat kesempatan bekerja di kota besar, pasti saya bisa sukses dengan gaji lebih besear. Lalu, datanglah seseorang yang menawarkan kesempatan untuk berangkat ke kota besar dengan sejumlah besar uang sebagai imbalannya. Dengan mengerahkan seluruh tabungan serta menggalang uang pinjaman dari berbagai pihak, Budi berhasil mengumpulkan uang yang diperlukan. Ia lalu berangkat dengan harapan setinggi langit.
Ternyata setibanya di tempat impiannya, ia tidak juga menemukan kesuksesan yang dicari. Ia ditipu dan di tinggalkan tanpa uang tanpa tempat tinggal dan tanpa makanan. Ia terlunta-lunta dan tidak bisa kembali ke kampung halaman karena malu dan karena tidak punya uang lagi. Karena tidak kenal tempat, maka ia menerima kerja serabutan saja, sampai akhirnya Budi terdampar menjadi pengemudi becak untuk sekedar memenuhi kebutuhan perut dan tempat tinggal.

Sebenarnya, seperti juga waktu, tempat juga berpengaruh dalam menggulirkan `kebangkitan' . Kita juga tidak punya kekuasaan penuh untuk merambah ke tempat lain yang berada di luar jangkauan kita (baik secara fisik, pengaruh, maupun dengan bantuan teknologi). Kita punya kemampuan untuk melakukan sesuatu di tempat kita berada saat ini (di rumah kita, di kompleks perumahan kita, di kantor kita, di kota kita, di negara kita)—di komunitas kita. Kita tidak perlu menunggu kesempatan untuk pergi ke Amerika, Australia, ataupun ke negara lain untuk mencari sukses. Sukses ada dimana-mana, termasuk di tempat kita berada saat ini. Kitalah yang mengenal tempat ini. Di tempat ini kita sudah mengenal orang-orang dan masyarakat yang ada, sarana yang ada (dan yang tidak ada), masalah yang ada (dan yang tidak ada), serta kebutuhan akan sarana dan prasarana saat ini dan dimasa datang. Tinggal kejelian kita saja yang perlu dilatih untuk melihat berbagai kesempatan untuk maju, untuk menggulirkan kebangkitan diri, masyarakat dan daerah. Jadi, tempat yang paling tepat untuk memulai `kebangkitan diri' adalah DISINI. Jadi, jangan pernah puas dengan kondisi saat ini, karena begitu Anda menyerah pada keadaan, maka disitulah kesempatan untuk bangkit dan maju menjadi redup bahkan mati. Tentunya kita tidak ingin hal ini terjadi bukan?
Tempat yang paling sempurna untuk memulai peurbahan adalah di tempat Anda berada saat ini. Jangkauan perubahan yang Anda gulirkan dengan sendirinya akan meluas bersama meluasnya kesuksesan Anda.

Right Person. Lain Dodi, lain pula dengan Budi, Nina tidak menunggu waktu atau bermimpi untuk pergi ke tempat lain. Ia hanya menantikan orang yang tepat untuk mendukungnya melakukan perubahan. Orang tersebut yang dinantikannya adalah sang suami yang berangkat ke luar negeri untuk mencoba peruntungan di negeri orang. Bertahun-tahun Nina sabar menunggu, namun sang suami tak kunjung datang. Banyak alasan yang disampaikan oleh sang suami, sampai akhirnya tak ada lagi kabar dari sang suami sama sekali. Selama suami di rantau, Nina dan anak perempuannya yang masih kecil tinggal bersama mertuanya. Nina tidak bekerja karena ia menunggu sang suami yang akan memboyongnya ke `tanah perjanjian'. Akhirnya, Ninapun kecewa menunggu sang suami yang dianggapnya sebagai orang yang tepat yang bisa membantunya membawa perubahan. Namun Nina lupa bahwa kesuksesan tidak perlu menunggu orang yang tepat, siapapun itu. Orang yang paling tepat untuk menggulirkan kebangkitan diri kita adalah kita sendiri. Orang lain hanya memiliki kemampuan sebatas memberi inspirasi, berbagi pengalaman, memberi keteladanan, menunjukkan jalan ataupun memberi dukungan. Tetapi, jika kita sendiri tidak bergerak, tak akan ada kebangkitan ataupun perubahan yang akan terjadi. Kita akan menjadi penonton perubahan saja tanpa ikut menikmati perubahan tersebut. Jika kita mengandalkan orang, kekecewaan mungkin akan kita dapatkan, karena tidak ada orang yang sempurna. Orang yang paling sempurna untuk memulai perubahan bagi diri kita adalah kita sendiri.

BIBIT SUKSES KEBANGKITAN DIRI

Seperti buah dari sebuah pohon, sukses adalah buahnya. Tetapi tentunya buah ini ada sumbernya, yaitu pohonnya. Pohon ini akan tumbuh jika ada bibit Berikut akar sukses kebangkitan yang bisa kita coba.

Keputusan dan Deklarasi. Para pendiri bangsa berhasil meraih `sukses' yang mereka inginkan – kemerdekaan bangsa kita – karena mereka memulainya dari sebuah keputusan untuk merdeka. Keputusan ini mereka rumuskan dalam bentuk deklarasi (Sumpah Pemuda) dan gerakan (Kebangkitan Nasional). Keputusan inilah yang memberi motivasi dan arah untuk tiap strategi dan tindakan yang mereka ambil. Keputusan ini juga menjadi inpsirasi banyak orang yang merasa bahwa keputusan tersebut juga akan berdampak positif bagi mereka dan keluarga mereka.

Jadi, jika kita ingin `bangkit', buatlah keputusan saat ini. Akan lebih baik kalau keputusan tersebut juga berdampak positif tidak saja bagi diri sendiri tetapi yang terutama adalah berdampak bagi masyarakat sekitar kita. Biasanya keputusan yang berdampak positif bagi banyak orang secara otomatis juga akan berdampaik positif bagi diri kita secara pribadi. Rumuskan keputusan tersebut secara jelas, dan `deklarasikan' sehingga gaungnya bisa menggugah kita untuk bertindak dan orang-orang di sekitar kita untuk mendukung tindakan kita.

Ully memutuskan untuk memulai usaha membuat baso bersih dan sehat. Ia bereksperimen dengan berbagai resep. Ia mengirimkan baso hasil buatannya ke berbagai pertemuan yang dihadiri, misalnya: acara keluarga, reuni sekolah, arisan RT, dan berbagai acara sosial yang dihadarinya. Setiap kali ia ke acara tersebut, ia membawa baso buatannya dan dibagikan untuk dicoba oleh banyak orang. Selain itu ia juga meminta input perbaikan dan mendeklasarikan `usaha' basonya pada orang lain: ia bersedia membuat baso bagi yang ingin memesan, atau datang ke perkumpulan ibu-ibu yang ingin belajar membuat baso.
Ternyata, keputusan dan deklarasi ini berdampak positif. Order baso buatannya mulai mengalir, dan iapun sibuk melayani permintaan untuk memberi `pelatihan' membuat baso bagi kumpulan ibu-ibu arisan, sekolah-sekolah yang ingin memberikan keterampilan praktis pada siswa mereka. Saat ini Ully sudah bisa membeli ruko untuk berjualan baso dan sebagai tempat pelatihan membuat baso. Ingin mengikuti jejak Ully?

Perubahan Diri. Buah yang baik berasal dari bibit yang baik. Sukses adalah hasil yang terlihat di luar. Hasil ini tentunya berasal dari dalam, yaitu dari bibit sukses. Bibit sukses adalah diri kita. Selama diri kita belum berubah, kita tidak akan mampu menggulirkan perubahan. Ibarat seorang guru yang ingin berbagi pengetahuan dan keterampilan kepada anak didik: jika sang guru sendiri belum memiliki pengetahuan dan keterampilan yang ingin dibagikan tersebut, ia tidak akan mampu membuat perubahan bagi sang siswa. Demikian pula dengan sukses. Sukses berasal dari dalam, bukannya dari luar. Dari dalam disini adalah: pikiran sukses dan sikap sukses. Jika kita sudah memiliki dua bahan dasar ini, maka dengan sendirinya kita bisa mengharapkan buah sukses dari bibit sukses yang kita tanamkan baik pada diri kita maupun pada masyarakat bahkan bangsa kita.

Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda menginginkan perubahan? Tidak usah menunggu saat yang tepat, tempat yang tepat atau orang yang tepat. Mulai sekarang, dari tempat dimana Anda berada, dan dari diri sendiri. Jangan lupa menebar dan menumbuhkan bibit sukses agar pohon sukses Anda bisa memberikan buah sukses yang bisa Anda nikmati dan bagikan juga pada orang-orang, masyarakat bahkan bangsa kita. Selamat dan sukses untuk kita semua.


Prof. Roy Sembel,Smart_WISDOM@ yahoogroups. com
Ketua Umum Partai Barisan Nasional (BARNAS)
Sandra Sembel, pemerhati dan praktisi pengembangan SDM
(ssembel@yahoo. com)